Penyebab kanker otak hingga kini belum bisa dipastikan. Namun menurut berbagai penelitian, terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker otak, di antaranya adalah faktor keturunan (genetik), pencemaran lingkungan, terpapar radiasi, hingga kebiasaan merokok.
Tumor bisa dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu jinak dan ganas. Segala jenis tumor yang bersifat ganas ini disebut kanker, termasuk kanker otak. Kanker otak terjadi akibat perubahan genetik pada sel otak, sehingga sel tersebut tumbuh secara tidak terkendali dan merusak jaringan di sekitarnya. Selain tumbuh dengan cepat, sel-sel otak ini juga tidak berfungsi secara normal.
Menurut asalnya, kanker otak bisa digolongkan menjadi dua, yakni:
Ini adalah kanker otak yang berasal dari otak sendiri. Ada banyak jenis kanker otak primer, dan masing-masing jenisnya dinamakan berdasarkan bagian otak atau jenis sel otak yang mengalami keganasan. Jenis kanker otak primer yang paling umum adalah glioma (kanker yang berasal dari sel glia di otak) dan medulloblastoma (kanker otak yang berasal dari otak kecil).
Nama lainnya adalah kanker otak metastasis, yakni kanker otak yang muncul akibat penyebaran sel kanker dari organ atau bagian tubuh lain. Beberapa jenis kanker yang cukup sering menyebar ke otak dan menjadi penyebab kanker otak sekunder adalah kanker payudara, kanker paru-paru, kanker kulit, kanker ginjal, dan kanker usus besar.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, penyebab kanker otak hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Meski demikian, terdapat sejumlah faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit ini, yakni:
1. Faktor genetik
Sebagian kasus tumor otak terjadi pada orang yang memiliki riwayat kanker dalam keluarganya. Seseorang yang memiliki riwayat penyakit genetik dalam keluarga, seperti sindrom Gorlin, sindrom Turner, sindrom Li-Fraumani, tuberous sclerosis, atau neurofibromatosis, juga dikatakan lebih berisiko terkena kanker otak.
Paparan radiasi yang dapat meningkatkan risiko kanker otak bisa berasal dari radiasi nuklir, ledakan bom atom, ataupun radioterapi untuk mengobati kanker. Orang yang terpapar radiasi dalam dosis tinggi atau dalam jangka waktu yang lama, baik di kepala maupun bagian tubuh lainnya, lebih berisiko terkena kanker, termasuk kanker otak.
Sel tumor dan kanker akibat paparan radiasi tinggi umumnya baru berkembang sekitar 10-15 tahun setelah terpapar. Sedangkan paparan radiasi dari pemeriksaan radiologi, seperti CT scan dan Rontgen, atau radiasi HP, sejauh ini masih dianggap belum cukup tinggi untuk menyebabkan kanker otak.
Paparan bahan kimia tertentu pada jangka waktu panjang bisa meningkatkan risiko kanker, termasuk kanker otak. Bahan kimia tersebut antara lain adalah pestisida, herbisida (pembasmi gulma), vinil klorida pada produk plastik, timah, dan zat kimia yang terdapat pada karet, bahan bakar, serta tekstil.
Mereka yang berisiko terpapar bahan kimia ini adalah petani, pekerja kilang minyak, serta karyawan industri plastik, karet, dan tekstil.
Kandungan bahan kimia yang terdapat dalam rokok dapat merusak sel-sel tubuh, yang kemudian dapat menyebabkan kanker paru-paru dan meningkatkan risiko terkena kanker lainnya, termasuk kanker otak.
Infeksi virus dapat menyebabkan kerusakan pada DNA sel sehingga berpotensi menyebabkan sel berubah menjadi kanker. Hal ini juga dapat terjadi pada sel otak. Beberapa jenis virus yang dikaitkan dengan kanker otak adalah HIV, cytomegalovirus dan virus Epstein-Barr (EBV).
Dari sejumlah data medis, kanker otak lebih banyak ditemukan pada anak-anak dan lansia. Untuk jenisnya sendiri, wanita disebut lebih berisiko terkena kanker otak jenis meningioma, sedangkan kanker otak jenis medullablastoma lebih sering ditemukan pada anak-anak.
Risiko kanker otak karena faktor keturunan tidak dapat dicegah. Sedangkan paparan radiasi, bahan kimia, dan kebiasaan merokok adalah faktor-faktor yang bisa dihindari untuk menurunkan risiko terjadinya kanker otak.
Perlu diingat, faktor risiko di atas tidak mutlak menjadi penyebab kanker otak. Jika seseorang memiliki satu atau beberapa faktor risiko, belum tentu ia pasti akan terkena kanker otak. Faktor-faktor tersebut hanya meningkatkan risiko terjadinya kanker otak.
Sebaliknya, kanker otak dapat terjadi meskipun tanpa adanya faktor risiko. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mempelajari penyebab kanker otak dan faktor-faktor risikonya.